Monday, March 20, 2017

PENGARUH TINGKAT INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA SBI, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH



ABSTRAK

     This research aimed to know the effect of makroeconomic conditions such as inflation rate, SBI rate, and economic growth towards Rupiah exchange rate. Types of research used in descriptive research with quantitative approach. The sample was based on three monthly time series data from 2003-2012used full sampling method which is consist of 40 samples. This research was conducted in Bank Indonesia since it has the only purpose that is achieving and maintaining value stabilitation of Rupiah. This research used multiple linear regression method. According to the result of simultaneous test (F test), indicating that inflation rate, SBI rate, and economic growth has significant effect on Rupiah exchange rate simultaneously. While the partial test results (t test), indicates that inflation rate and SBI rate significantly effect on Rupiah exchange rate. The other result, economic growth showed  insignificant effect on Rupiah exchange rate partially.


Key words: Inflation Rate, SBI Rate, Economic Growth, Rupiah Exchange Rate


     Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi makroekonomi yang meliputi tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan pertumbuhan ekonomi terhadap nilai tukar Rupiah. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penentuan sampel berdasarkan data time series triwulan periode 2003-2012 dengan menggunakan metode sampling jenuh, yaitu sebanyak 40 sampel. Penelitian ini dilakukan pada Bank Indonesia karena Bank Indonesia memiliki tujuan tunggal yakni mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Hasil uji simultan (uji F), menunjukkan bahwa tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan pertumbuhan ekonomi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Rupiah. Sedangkan hasil uji parsial (uji t), menunjukkan bahwa variabel tingkat inflasi dan tingkat suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Rupiah. Sebaliknya, variabel pertumbuhan ekonomi secara parsial menunjukkan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Rupiah.

Kata Kunci : tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar Rupiah



PENDAHULUAN


     Perdagangan internasional melibatkan suatu negara dengan negara yang lain dan menjadikan negara-negara di dunia menjadi lebih terikat. Oleh karena itu, interaksi dengan dunia luar negeri merupakan hal yang tidak bisa dihindari oleh negara manapun, termasuk Indonesia. Guna memperlancar transaksi perdagangan internasional, penggunaan uang dalam perekonomian terbuka tersebut ditetapkan dengan menggunakan mata uang yang telah disepakati. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya risiko perubahan nilai tukar mata uang yang timbul karena adanya ketidakpastian nilai tukar itu sendiri.
     Perubahan nilai tukar ini berpengaruh langsung terhadap perkembangan harga barang dan jasa di dalam negeri. “Ketidakstabilan kurs akan mempengaruhi arus modal atau investasi dan perdagangan internasional” (Ulfia dan Aliasaddin, 2011). Adanya perubahan nilai tukar mata uang juga berdampak pada apresiasi dan depresiasi mata uang. “Apresiasi merupakan kenaikan nilai tukar negara tertentu terhadap nilai mata uang negara lain” (Berlianta, 2005:9). Sedangkan depresiasi mata uang menurut Berlianta (2005:8) adalah penurunan nilai tukar mata uang negara tertentu terhadap nilai mata uang negara lain. Mata uang yang digunakan sebagai pembanding dalam tukar menukar mata uang adalah Dollar Amerika Serikat (US Dollar) karena Dollar Amerika merupakan salah satu mata uang yang kuat dan merupakan mata uang acuan bagi sebagian besar negara berkembang. Selain itu, Amerika Serikat merupakan partner dagang dominan di Indonesia sehingga ketika Rupiah terhadap Dollar AS tidak stabil, maka akan mengganggu perdagangan yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi karena perdagangan dinilai dengan Dollar. Perubahan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang Dollar AS dipengaruhi oleh banyak faktor.Beberapa diantaranya adalah kondisi makro ekonomi suatu negara. Kondisi makro ekonomi yang digunakan sebagai variabel bebas dalam mempengaruhi perubahan nilai tukar Rupiah adalah tingkat inflasi, tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan pertumbuhan ekonomi.
     Inflasi merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang memiliki hubungan erat dengan nilai tukar. “Inflasi adalah kenaikan harga barangbarang yang bersifat umum dan terus-menerus” (Rahardja dan Manurung, 2008:165). Sehingga perubahan dalam laju inflasi dapat mempengaruhi aktivitas perdagangan internasional. Samuelson dan Nordhaus (2004) dan Madura (2006) dalam Manajemen Keuangan Internasional juga menyebutkan bahwa inflasi merupakan faktor penentu dalam perubahan nilai tukar. Oleh karena itu, tingkat inflasi dipilih sebagai variabel bebas utama dalam mempengaruhi nilai tukar Rupiah. Indikator makro ekonomi lain yang mempengaruhi nilai tukar Rupiah adalah tingkat suku bunga SBI.
     Fluktuasi nilai tukar yang berimplikasi pada perubahan tingkat inflasi pada akhirnya mengakibatkan pula kenaikkan dan penurunan suku bunga domestik. Melalui Bank Indonesia yang memiliki kebijakan dalam mengontrol suku bunga, diharapkan dapat menciptakan stabilisasi nilai Rupiah. Hal ini karena, perubahan tingkat suku bunga akan memberikan pengaruh terhadap aliran dana suatu negara sehingga akan mempengaruhi pula permintaan maupun penawaran nilai tukar mata uang. Selain itu, kondisi lain yang dapat menyebabkan perubahan nilai tukar Rupiah juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pendapatanper kapita yang biasanya diukur menggunakan data produk domestik bruto (Gross Domestic BrutoGDP) yang juga merupakan tolok ukur dalam mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pertumbuhan ekonomi merupakan sumber utama dalam upaya meningkatkan standar hidup masyarakat. Nanga (2005:273) mengungkapkan bahwa kemampuan suatu negara untuk meningkatkan standar hidup penduduknya sangat bergantung dan ditentukan oleh laju pertumbuhan ekonomi jangka panjang.



METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah  penelitian deskriptif dengan pendekatan  kuantitatif.



HASIL DAN PEMBAHASAN

 
      Model regresi  linear berganda digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh antara variabel bebas, yaitu tingkat inflasi (X1), tingkat suku bunga SBI (X2), dan pertumbuhan ekonomi (X3)  terhadap variabel terikat yaitu nilai tukar Rupiah (Y).  Hasil perhitungan koefisien regresi dengan menggunakan program SPSS 19.0didapat model regresi sebagai berikut: Berdasarkan pada Tabel 1 didapatkan persamaan model regresi linear berganda sebagai berikut :   Y  =  4,082 + 0,103 X1 – 0,194 X2 – 0,040 X3   Konstanta pada persamaan tersebut menunjukkan a=4,082 yang berarti bahwa apabila tidak terdapat perubahan variabel tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan pertumbuhan ekonomi (X1 = X2 = X3 = tetap), maka nilai tukar Rupiah akan meningkat sebesar 4,082 poin dalam satu bulan tanpa adanya pengaruh dari tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan pertumbuhan ekonomi. Tabel 2.  K
     Selain itu, pada pengujian koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa nilai tukar Rupiah dipengaruhi oleh tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,42 atau 42%. Artinya, 42% perubahan nilai tukar Rupiah dipengaruhi oleh variabel tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan sisanya sebesar 58% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar penelitian ini. Persentase koefisien determinasi dapat dikatakan lemah karena kurang dari 50%. Hal ini dikarenakan perubahan nilai tukar Rupiah dipengaruhi oleh banyak faktor yang komplek, dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri (global).
     Hasil perhitungan statistik, diketahui bahwa tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap nilai tukar Rupiah. Berdasarkan hasil uji F, didapatkan nilai sig. sebesar 0,000 atau kurang dari taraf signifikan yang disyaratkan (0,000< 0,05). Hal ini terbukti hipotesis pertama yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan pertumbuhan ekonomi terhadap nilai tukar Rupiah secara simultan dapat diterima. 
     Tingkat inflasi secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap nilai tukar Rupiah. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien X1sebesar 0,103 dengan taraf signifikan 0,000 kurang dari taraf signifikan yang disyaratkan yaitu 0,05. Berdasarkan hasil uji parsial (uji t), hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat inflasi terhadap nilai tukar Rupiah secara parsial dapat diterima. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa semakin tinggi tingkat inflasi di Indonesia maka akan mengakibatkan nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi terhadap Dollar AS yang sesuai juga dengan penelitian Rusdiana (2011), Handoko (2010), dan Widiastuti (2011) bahwa inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar. Tingginya angka inflasi yang terjadi pada tahun 2005, karena dipicu oleh harga minyak dunia yang melambung tinggi sehingga harga BBM dalam negeri juga mengalami kenaikan, merupakan salah satu contoh yang menyebabkan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS mengalami depresiasi.   
     Teori purchasing power parity (PPP) menyatakan bahwa perubahan nilai tukar akanmenyesuaikan dengan besaran perbedaan tingkat inflasi di antara dua negara karena pola perdagangan internasional dan nilai tukar akan berubah sesuai dengan inflasi pada negara tersebut. Laju inflasi domestik yang lebih besar dibandingkan laju inflasi luar negeri dapat mengakibatkan nilai tukar domestik terdepresiasi. Hal ini akan menyebabkan harga barang-barang dan jasa-jasa domestik mengalami peningkatan, sehingga dapat memicu daya beli konsumen terhadap produk-produk dalam negeri akan sama ketika membeli produk-produk luar negeri. Berdasarkan teori PPP tersebut, dapat diketahui bahwa tingginya tingkat inflasi akan menyebabkan melemahnya pula nilai tukar mata uang.



KESIMPULAN


     Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan pertumbuhan ekonomi terhadap nilai tukar Rupiah periode Januari 2003 sampai Desember 2012 dengan menggunakan teknik analisis regresi linear berganda, dapat diketahui variabel tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh sebesar 42% terhadap perubahan nilai tukar Rupiah. yangditunjukkan oleh hasil pengujian koefisien determinasi (R2). Sedangkan sisanya sebesar 0,58 atau 58% perubahan nilai tukar Rupiah dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian.
      Melalui pengujian Uji F (simultan),  menunjukkan bahwa tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh simultan (bersama-sama) terhadap nilai tukar Rupiah. Berdasarkan pengujian hipotesis uji t (parsial), dapat diketahui bahwa variabel tingkat inflasi dan tingkat suku bunga SBI, keduanya berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Rupiah. Sedangkan pertumbuhan ekonomi secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai tukar Rupiah.

 


DAFTAR PUSTAKA


Berlianta, Heli Chrisma. 2005. Mengenal Valuta Asing. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Dornbusch, Rudiger, Stanley Fischer, dan Richard Startz. 2004. Makroekonomi. Jakarta: PT Media Global Edukasi Firdaus, Muhammad. 2011. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara Gujarati, N Damodar. 2007. Dasar-dasar Ekonometrika. Edisi ketiga. Jilid 2. Jakarta: Erlangga Handoko, Aris. 2010. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Ekspor Bersih dan Pertumbuhan GDP Riil terhadap Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat pada tahun 2006- 2008. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Malang. Tidak diterbitkan Joesoef, Jose Rizal. 2008. Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing.Jakarta : Salemba Empat. Madura, Jeff. 2006. International Corporate Finance. Keuangan Perusahaan Internasional.Edisi 8.Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Mankiw, N Gregory. 2006. Principles of Economics. Pengantar Ekonomi Makro. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat. Mishkin, Frederic S. 2008. Ekonomi, Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan. Edisi 8.Buku 2. Jakarta: Salemba Empat Murni, Asfia. 2006. Ekonomika Makro. Bandung: PT. Refika Aditama Nanga, Muana. 2005. Makro Ekonomi, Teori, Masalah, dan Kebijakan. Edisi Kedua. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Monday, November 14, 2016

PERSEPSI ETIS PELAKU AKUNTANSI TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA BERDASARKAN PROFESI




ABSTRACTS

Managerial discretions in accounting and presures from stakeholders encourage earnings management. Such a practice creates ethical problems in business. The purpose of this study is to observe ethical perceptions in earnings management from acountants, both academics and profesional accountants, and ethical perceptions based on gender. Earnings management is classified into manipulation in accounting activity and in operational decision making. This study covers 156 subjects consists of 65 professional accountants from three public accountant firms and five companies and 91 academics from two universities in Central Java. Seven questions/cases adopted from Merchant (1989) and Fischer dan Rosenzweig (1995) were introduced to subjects and subjects were asked to assess whether it was ethical or not on a scale of 5 where 1 indicates the most ethical and 5 indicates the most unethical. The findings show that academics see manipulation in operational decision making as less ethical compared to practitioners while practitioners see manipulation in accounting as less ethical. Furthermore, practitioners see manipulation in operational decision as more ethical than manipulation in accounting while for academics there is no significant differences. Finally, there is not any significant difference on the ethical perception between female and male.
Keywords: ethical perception, earnings management, accounting manipulation, operational decision manipulation, gender.



PENDAHULUAN


Manajemen laba merupakan bentuk intervensi manajemen dalam penyusunan laporan keuangan. Intervensi yang dilakukan melalui manipulasi terhadap angka-angka akuntansi yang dilaporkan memunculkan berbagai skandal akuntansi, seperti pada kasus transaksi off-balance sheet Enron Energy tahun 2000, kasus peningkatan pendapatan Xerox tahun 1997-2000 dan sebagainya. Di Indonesia, hal ini pun pernah menjadi isu, seperti antara lain pada kasus mark up laba Kimia Farma tahun 2001 dan kasus pembukuan ganda Lippo Bank tahun 2002.
Pada kenyataannya terdapat pandangan yang berbeda-beda terhadap praktik manajemen laba dan hal ini menimbulkan dilema etis. Pada satu sisi, manajemen laba dipandang sebagai suatu tindakan yang seharusnya tidak boleh dilakukan karena dengan adanya manajemen laba infomasi yang diberikan tidak sepenuhnya mencerminkan keadaan perusahaan dan mengaburkan nilai perusahaan sesungguhnya. Tindakan tersebut dapat menyebabkan stakeholders keliru dalam mengambil keputusan. Pada sisi yang lain, manajemen laba dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan merupakan tindakan rasional untuk memanfaatkan fleksibilitas dalam ketentuan untuk pelaporan keuangan.

Persepsi yang berbeda terhadap persoalan-persoalan etis dapat terjadi karena perbedaan profesi (Diantaranya Rahmawati dan Sulardi 2003, Elias 2002; Cole dan Smith 1996; Fischer dan Rosenzweig 1995), jenis kelamin (Diantaranya Rueger dan King 1992; Sikula dan Costa 1994; Tsalikis dan Ortiz-Buonafina 1990; Betz, O’Connell; Shepard 1989), karakteristik personal (Misalya Arlow 1991), keyakinan (Misalnya Pomeranz 2004), budaya (Misalnya Spain dkk. 2002) dan sebagainya.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi etis para pelaku akuntansi terhadap persoalan-persoalan etis khususnya yang terkait dengan praktik manajemen laba. Pelaku akuntansi adalah pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan keuangan. Memahami persepsi pelaku akuntansi terhadap manajemen laba diharapkan dapat memberi gambaran mengenai perilaku mereka dalam penyusunan laporan keuangan. Lebih lanjut, pelaku akuntansi dipilah menjadi akademisi dan praktisi akuntansi untuk melihat kesenjangan yang ada antara dunia akademis sebagai penghasil calon akuntan dan dunia praktis. Penelitian ini juga memilah persepsi etis pelaku akuntansi berdasar jender untuk melihat kemungkinan perbedaan persepsi antara perempuan dan laki-laki.

Dengan demikian, pertanyaan penelitian yang hendak dijawab dalam penelitian ini adalah: apakah terdapat perbedaan persepsi etis terhadap manajemen laba (1) antara akademisi dan praktisi akuntansi dan (2) antara laki-laki dan perempuan. Persepsi para pelaku akuntansi tersebut ditinjau dari praktik manajemen laba yang dilakukan melalui manipulasi keputusan operasi dan manipulasi akuntansi.

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui ada tidaknya kesenjangan pemahaman etika terhadap praktik manajemen laba antara akademisi dan praktisi akuntansi dan antara perempuan dan laki-laki. Temuan yang diperoleh diharapkan dapat dijadikan acuan bagi pengembangan pengajaran etika maupun akuntansi.



METODE PENELITIAN


Sampel dalam penelitian ini terdiri dari praktisi akuntansi, dosen dan mahasiswa akuntansi. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode covenience sampling dimana pemilihan sampel didasarkan pada kemudahan sehingga dapat dipilih sampel yang paling cepat dan mudah. Praktisi akuntansi terdiri dari para akuntan publik maupun manajer akuntansi yang diambil dari tiga kantor akuntan publik dan lima perusahaan di Jakarta dan Semarang. Sampel akademisi terdiri dari dosen dan mahasiwa akuntansi semester tujuh atau lebih. Mahasiswa semester akhir dipilih sebagai responden karena pada umumnya mahasiswa tersebut telah menempuh sebagian besar beban studinya sehingga diharapkan mampu memahami situasi yang digambarkan dalam kuisioner serta memberikan pendapatnya. Responden dosen dan mahasiswa akuntansi diambil dari dua perguruan tinggi di Jawa Tengah.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan persepsi antara praktisi dan akademisi serta perbedaan persepsi atas manipulasi melalui keputusan operasi dan manipulasi akuntansi digunakan alat uji Mann-Whitney.

Sebelum uji Mann-Whitney, lebih dahulu dilakukan uji reliabilitas dan validitas. Pada studi ini reliabilitas instrumen ditunjukkan oleh Cronbach's alpha yang bernilai 0,77 (lebih besar dari 0,60) dan validitas diukur dengan teknik corrected item to total correlation. Skor komponen pertanyaan yang korelasinya dengan skor total bernilai kurang dari 0,60 tidak disertakan dalam pengujian selanjutnya.



HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1 menunjukkan skor rerata yang mencerminkan persepsi etis akademisi terhadap manajemen laba, manipulasi keputusan operasi, dan manipulasi akuntansi. Hasil uji MannWhitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata skor persepsi etis akademisi dan praktisi, baik terhadap manajemen laba yang dilakukan melalui keputusan operasional maupun yang dilakukan melalui manipulasi akuntansi. Hal ini menunjukkan kecenderungan akademisi memandang manajemen laba lebih etis dibanding praktisi. Sebaliknya, akademisi cenderung menganggap manipulasi akuntansi lebih etis dibanding manipulasi keputusan operasi. Sebaliknya, praktisi cenderung menilai manipulasi keputusan operasi lebih etis dibanding manipulasi akuntansi. Hal ini searah dengan penelitian Cole dan Smith (1996) yang menemukan kesenjangan persepsi etis antara pelajar dengan pelaku bisnis.

Tabel 1. Skor Persepsi Etis Akademisi dan Praktisi Akuntansi terhadap Manajemen Laba

Tipe manipulasi                     Rerata skor akademisi  Rerata skor praktisi  p-value    H0
Manajemen laba                            2,5174                                    2,6532                         0,000      ditolak
Manipulasi keputusan operasi  2,5531                                    2,2808                         0,046     ditolak
Manipulasi akuntansi                   2,4817                                    3,0256                         0,000     ditolak
*Nilai persepsi etis diukur pada skala 1-5. Semakin tinggi skor menunjuk pada penilaian yang semakin tidak etis atas kondisi yang diberikan.



SIMPULAN DAN SARAN


Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi etis para pelaku akuntansi (praktisi dan akademisi) terhadap praktik manajemen laba. Secara keseluruhan, akademisi memandang manajemen laba lebih etis dibanding praktisi. Hal ini perlu mendapat perhatian yang serius mengingat lingkungan akademik yang pada umumnya dianggap mempunyai nilai idealisme yang relatif lebih tinggi ternyata menunjukkan indikasi yang sebaliknya. Tinjauan yang lebih dalam untuk akademisi mengindikasikan subyek mahasiswa cenderung lebih bisa menerima manipulasi akuntansi dibanding dosen. Dengan demikian pemahaman etika bisnis dan profesi untuk mahasiswa perlu ditingkatkan melalui pengembangan kurikulum dengan memberi muatan etika pada mata kuliah-mata kuliah selain mata kuliah etika maupun forum-forum diskusi, seminar, maupun peningkatan efektivitas pengajaran.

Dalam studi ini, ditemukan adanya perbedaan nyata antara rerata skor persepsi etis praktisi terhadap manajemen laba yang dilakukan melalui keputusan operasi dan yang dilakukan melalui manipulasi akuntansi. Artinya, praktisi akuntansi lebih bisa menerima manajemen laba melalui manipulasi keputusan operasi dari pada melalui manipulasi akuntansi. Penerimaan praktisi akuntansi terhadap manipulasi keputusan operasi diduga merupakan pemahaman bahwa keputusan-keputusan operasional merupakan bagian dari fungsi/tugas manajer untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham.

Dari sisi jender, tidak ditemukan perbedaan yang nyata antara persepsi etis pelaku akuntansi perempuan dan laki-laki. Hasil yang sama juga ditemukan pada pembedaan jender pada kelompok mahasiswa dan kelompok yang sudah bekerja. Persamaan persepsi etis antara mahasiswa dan mahasiswi diduga disebabkan karena pendidikan etika dapat dipahami secara sama oleh seluruh mahasiswa sedangkan persamaan persepsi etis antara akuntan perempuan dan laki-laki yang sudah bekerja menunjukkan adanya adaptasi nilai-nilai dan keyakinan individu dengan lingkungan kerjanya.

Secara keseluruhan, rendahnya persepsi etis dikalangan akademisi khususnya mahasiswa dan adanya persamaan etis antara perempuan dan laki-laki pada seluruh kelompok subyek penelitian dapat dimungkinkan karena, di Indonesia, praktik-praktik manipulatif atau rekayasa dipandang sebagai sesuatu yang lumrah sehingga bagi masyarakat batasan-batasan antara etis dan tidak etis menjadi kabur.



DAFTAR PUSTAKA


Arlow, P. 1991, ‘Personal Characteristics in College Student: Evaluation of Business Ethics and Corporate Social responsibility, Journal of Business Ethics, Vol. 10, pp. 63-69
Betz, M., O’Connell, L. dan Shepard, J.M. 1989, ‘Gender Differences in Proclivity for Unethical Behavior’, Journal of Business Ethics, Vol. 8, pp. 321-324
Borkowski, S.C. dan Ugras, Y.J. 1998, ‘Business Students and Ethics: A Meta-Analysis’, Journal of Business Ethics, Vol. 17, pp. 1117-1127
Bruns, W. dan Merchant, K. 1990, ‘The Dangerous Morality of Earnings Management’, Management Accounting, Vol. 72, No. 2, pp. 22-25
Cole, B.C. dan Smith, D.L. 1996, ‘Perceptions of Business Ethics: Students vs. Business People’, Journal of Business Ethics, Vol. 15, No. 8, pp. 889-896
Elias, R.Z. 2002, ‘Determinants of Earnings Management Ethics among Accountants’, Journal of Business Ethics, Vol. 40, No. 1, pp. 33-45
_________ 2004, ‘The Impact of Corporate Ethical Values on Perceptions of Earnings Management’, Managerial Accounting Journal, Vol. 19, No. 1, pp. 84-98
Eynon, G., Hill, N.T. dan Stevens, K.T. 1997, ‘Factors That Influence the Moral Reasoning Abilities of Accountants: Implications for Universties and Profession’, Journal of Business Ethics, Vol. 16, No. 12/13 , pp. 1297-1309
Fischer, M. dan Rosenzweig, K. 1995, ‘Attitudes of Students and Accounting Practitioners Concerning the Ethical Acceptability of Earnings Management’, Journal of Business Ethics Vol. 14, No. 6, pp 433-444
Ford, R.C. dan Richardson, W.D. 1994, ‘Ethical Decision Making: A Review of the Empirical Literature’, Journal of Business Ethics, Vol. 113, No. 3, pp. 205-221
Levitt, A. 1998, ‘The Numbers Game’, The CPA Journal, Vol. 68, December, pp. 14-19

ETIKA PROFESI AKUNTANSI




1.   ETIKA PROFESI AKUNTANSI MENURUT IAI


Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:
a)   Prinsip Etika, prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi seluruh anggota.
b)  Aturan Etika, aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan
c)   Interpretasi Aturan Etika, Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.



2.   PRINSIP ETIKA PROFESI MENURUT IAI


Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi seluruh anggota, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan. Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.
Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan pengakuan profesi akan tanggungjawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung-jawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi.
Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat 4 (empat) kebutuan dasar yang harus dipenuhi :
1. Kredibilitas.
Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.
2. Profesionalisme.
Diperlukan individu yang denga jelas dapat diindentifikasikan oleh pamakai jasa akuntan sebagai profesional dibidang akuntansi.
3. Kualitas Jasa.
Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan stndar kinerja yang tinggi.
4. Kepercayaan.
Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemebrian jasa oleh akuntan.

Prinsip Etika Profesi Akuntan :
1. Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
2. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
3. Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
4. Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya tkngan kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh matifaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.
6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus, menghormati leerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.



3.   CONTOH 3 KASUS PELANGGARAN ETIKA DAN PRINSIP PROFESI AKUNTANSI


1) Kasus Mulyana W. Kusuma
Kasus ini terjadi sekitar tahun 2004. Mulyana W Kusuma sebagai seorang anggota KPU diduga menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit keuangan berkaitan dengan pengadaan logistic pemilu. Logistic untuk pemilu yang dimaksud yaitu kotak suara, surat suara, amplop suara, tinta, dan teknologi informasi. Setelah dilakukan pemeriksaan, badan dan BPK meminta dilakukan penyempurnaan laporan. Setelah dilakukan penyempurnaan laporan, BPK sepakat bahwa laporan tersebut lebih baik daripada sebeumnya, kecuali untuk teknologi informasi. Untuk itu, maka disepakati bahwa laporan akan diperiksa kembali satu bulan setelahnya.
Setelah lewat satu bulan, ternyata laporan tersebut belum selesai dan disepakati pemberian waktu tambahan. Di saat inilah terdengar kabar penangkapan Mulyana W Kusuma. Mulyana ditangkap karena dituduh hendak melakukan penyuapan kepada anggota tim auditor BPK, yakni Salman Khairiansyah. Dalam penangkapan tersebut, tim intelijen KPK bekerjasama dengan auditor BPK. Menurut versi Khairiansyah ia bekerja sama dengan KPK memerangkap upaya penyuapan oleh saudara Mulyana dengan menggunakan alat perekam gambar pada dua kali pertemuan mereka.
Penangkapan ini menimbulkan pro dan kontra. Salah satu pihak berpendapat auditor yang bersangkutan, yakni Salman telah berjasa mengungkap kasus ini, sedangkan pihak lain berpendapat bahwa Salman tidak seharusnya melakukan perbuatan tersebut karena hal tersebut telah melanggar kode etik akuntan.
Analisa : Dalam kasus ini terdapat pelanggaran kode etik dimana auditor telah melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang auditor dalam mengungkapkan kecurangan. Auditor telah melanggar prinsip keempat etika profesi yaitu objektivitas, karena telah memihak salah satu pihak dengan dugaan adanya kecurangan. Auditor juga melanggar prinsip kelima etika profesi akuntansi yaitu kompetensi dan kehati-hatian professional, disini auditor dianggap tidak mampu mempertahankan pengetahuan dan keterampilan professionalnya sampai dia harus melakukan penjebakan untuk membuktikan kecurangan yang terjadi.


2)  Kasus KAP Andersen dan Enron
Kasus KAP Andersen dan Enron terungkap saat Enron mendaftarkan kebangkrutannya ke pengadilan pada tanggal 2 Desember 2001. Saat itu terungkap, terdapat hutang perusahaan yang tidak dilaporkan, yang menyebabkan nilai investasi dan laba yang ditahan berkurang dalam jumlah yang sama. Sebelum kebangkrutan Enron terungkap, KAP Andersen mempertahankan Enron sebagai klien perusahaan, dengan memanipulasi laporan keuangan dan penghancuran dokumen atas kebangkrutan Enron, dimana sebelumnya Enron menyatakan bahwa pada periode pelaporan keuangan yang bersangkutan tersebut, perusahaan mendapatkan laba bersih sebesar $ 393, padahal pada periode tersebut perusahaan mengalami kerugian sebesar $ 644 juta yang disebabkan oleh transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh Enron.
Analisa : Pelanggaran etika dan prinsip profesi akuntansi telah dilanggar dalam kasus ini, yaitu pada prinsip pertama berupa pelanggaran tanggung jawab profesi untuk memelihara kepercayaan masyarakat pada jasa professional seorang akuntan. Prinsip kedua yaitu kepentingan publik juga telah dilanggar dalam kasus ini. Seorang akuntan seharusnya tidak hanya mementingkan kepentingan klien saja, tapi juga kepentingan publik.


3)  Kasus Sembilan KAP yang diduga melakukan kolusi dengan kliennya
Jakarta, 19 April 2001 .Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak kepolisian mengusut sembilan Kantor Akuntan Publik, yang berdasarkan laporan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), diduga telah melakukan kolusi dengan pihak bank yang pernah diauditnya antara tahun 1995-1997.Koordinator ICW Teten Masduki kepada wartawan di Jakarta, Kamis, mengungkapkan, berdasarkan temuan BPKP, sembilan dari sepuluh KAP yang melakukan audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar audit.
Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga akibatnya mayoritas bank-bank yang diaudit tersebut termasuk di antara bank-bank yang dibekukan kegiatan usahanya oleh pemerintah sekitar tahun 1999. Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT & M, H & R, JM & R, PU & R, RY, S & S, SD & R, dan RBT & R. “Dengan kata lain, kesembilan KAP itu telah menyalahi etika profesi. Kemungkinan ada kolusi antara kantor akuntan publik dengan bank yang diperiksa untuk memoles laporannya sehingga memberikan laporan palsu, ini jelas suatu kejahatan,” ujarnya. Karena itu, ICW dalam waktu dekat akan memberikan laporan kepada pihak kepolisian untuk melakukan pengusutan mengenai adanya tindak kriminal yang dilakukan kantor akuntan publik dengan pihak perbankan.
ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar “human error” atau kesalahan dalam penulisan laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi kemungkinan ada berbagai penyimpangan dan pelanggaran yang dicoba ditutupi dengan melakukan rekayasa akuntansi.
Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan tidak melakukan tindakan administratif meskipun pihak BPKP telah menyampaikan laporannya, karena itu kemudian ICW mengambil inisiatif untuk mengekspos laporan BPKP ini karena kesalahan sembilan KAP itu tidak ringan. “Kami mencurigai, kesembilan KAP itu telah melanggar standar audit sehingga menghasilkan laporan yang menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberi laporan bank tersebut sehat ternyata dalam waktu singkat bangkrut. Ini merugikan masyarakat. Kita mengharapkan ada tindakan administratif dari Departemen Keuangan misalnya mencabut izin kantor akuntan publik itu,” tegasnya. Menurut Tetan, ICW juga sudah melaporkan tindakan dari kesembilan KAP tersebut kepada Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan sekaligus meminta supaya dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang melanggar kode etik profesi akuntan.
Analisa : Dalam kasus ini terdapat banyak pelanggaran kode etik profesi akuntan. Prinsip pertama yaitu tanggung jawab profesi telah dilanggar. Karena auditor telah menerbitkan laporan palsu, maka kepercayaan masyarakat terhadapnya yang dianggap dapat menyajikan laporan keuangan telah disalahi. Prinsip kedua yaitu kepentingan publik juga telah dilanggar, karena dianggap telah menyesatkan public dengan disajikannya laporan keuangan yang telah direkayasa. Bahkan prinsip keempat yaitu obyektivitas juga dilanggar, yaitu mereka tidak memikirkan kepentingan public melainkan hanya mementingkan kepentingan klien.










 Sumber : 1. www.iaiglobal.or.id/tentang_iai.php?id=18
2. http://keluarmaenmaen.blogspot.com/2010/11/beberapa-contoh-kasus-pelanggaran-etika.html
3. http://lhiyagemini.blogspot.com/2012/01/contoh-kasus-pelanggaran-etika-profesi.html

Friday, April 22, 2016

TOEFL TASK



1. I want to visit three ….
a. City                                     c. Cities
b. Citys                                  . Cityes
City is Countable Count. Because the Plural form of the word changed to Cities (add -es)

2. That person is …… married  
a. Too young to got             c. Too young to get
b. Too young to get          d. To  get too young
To Infinitive can have a pattern  too + Adjective + to infinite + Verb 1

3. Will they  …. ?
a. Go                                       c. Gone
b. Goes                                   d. Went
Because in Modal Auxilary always followed by Verb 1

4. I don’t like this book. Do you have …. book?
a. Other                                  c. Any
b. Others                               d. Another
Because Book means one, therefore the right answer is becauseAnother use for the singular noun.

5. They swim every week, …. ?
a. Isn’t they?                         c. Don’t they?
b. Doesn’t they?                   d. aren’t they?
Due to the tag question to be they are do. they are supposed to do so.

6. We want to eat the food soon since it really tastes deliciously
          A                            B                         C                                 D
Because Tastes is Linking Verb is to be followed by an adjective. Tastes deliciousit should be.


7. Some animals in the zoo, like cendrawasih, peacock, are beautiful colored
               A                                    B                                                             C               D
In Adverb should be converted into Beautifuly to explain Colored.

8. Because that apple are sweet, can I have others?
           A                B                                      C              D
Because there is a statement that explains the plural form of the apple Thatshould turn into Those apples.

9. Because I live in another city, I can only see my parent every other weeks.
                          A                                    B                                            C                      D     
Because there are Other stating that the sentence in the plural form should be accompanied by Week .

10. The weather’s changing slowly in many countries in Asia, is it?
                      A                                 B                            C                           D
Isn’t it supposed to be a sentence because statements in positive form.

11. Viruses are the smaller than bacteria, and they can’t make proteins by themselves.
             A                       B                                                       C                                                    D
Because here only to compare two things that viruses and bacteria that are supposed to use smaller than.

12. After the funeral, the residents of the apartment building .....................
a. Sent faithfully flowers all weeks to the cemetery.
b. Sent to the cemetery each week flowers faithfully.
c. Sent flowers faithfully to the cemetery each week.
d. Sent each week faithfully to the cemetery flowers.
Because Verb + Object. Between the subject and the object are cannot be prevented. Sent (verb) + flowers (object)


13. John’s score on the test is the highest in the class ...........................
a. He should study last night.
b. He should have studied last night.
c. He must have studied last night.
d. He must had to study last night.
He must have studied last night (Dia pasti sudahbelajar tadi malam)

14. Having been served lunch ......................
a. The problem was discussed by the members of the committee.
b. The committee members discussed the problem.
c. It was discussed by the committee members the problem.
d. A discussion of the problem was made by the members of the committee.
Having been served lunch (seusai dihidangkanmakan malam) Yang dihidangkan ialah 'the committee'

15. The food my mother cook always tastes …....
a. Good                                  c. Nice
b. Well                                   d. Sweet
Because Tastes is Linking Verb to be followed by an adjective.

16. I wake up early in the morning …… the traffic jam
a. Avoiding                           c. To avoid
b. Avoid                                 d. For avoid
To Infinitive can be used to indicate the purpose.

17. How about …. to my party?
a. Come                                  c. Comes
b. Came                                  d. Coming
About is Preposition followed by a verb. In Gerund should be changed toVerb + ing that turned into a noun form.

18. There are two countries that border America. One is Canada ……… is Mexico.
a. Another                             c. The Others
b. The Other                       d. Others
Because followed by singular (is)

19. How many ….. are they in the room?
a. Mouse                                c. Mice
b. Mouses                             d. Mices
Plural of Mouse is Mice.

20. I don’t like this book. Do you have …. book?
a. Other                                  c. Any
b. Others                               d. Another
Because Book means one, therefore the right answer is because Another use for the singular noun.


EXPLAIN AN ADJECTIVE & ADVERB


Enjoyed the video^^




Wednesday, April 20, 2016

NASA


Task 3 - Writing section




Defika Ayu Christanti
22213132
3EB17