PERSEPSI ETIS
PELAKU AKUNTANSI TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA BERDASARKAN PROFESI
ABSTRACTS
Managerial discretions in accounting and
presures from stakeholders encourage earnings management. Such a practice
creates ethical problems in business. The purpose of this study is to observe
ethical perceptions in earnings management from acountants, both academics and
profesional accountants, and ethical perceptions based on gender. Earnings
management is classified into manipulation in accounting activity and in
operational decision making. This study covers 156 subjects consists of 65
professional accountants from three public accountant firms and five companies
and 91 academics from two universities in Central Java. Seven questions/cases
adopted from Merchant (1989) and Fischer dan Rosenzweig (1995) were introduced
to subjects and subjects were asked to assess whether it was ethical or not on
a scale of 5 where 1 indicates the most ethical and 5 indicates the most
unethical. The findings show that academics see manipulation in operational
decision making as less ethical compared to practitioners while practitioners
see manipulation in accounting as less ethical. Furthermore, practitioners see
manipulation in operational decision as more ethical than manipulation in
accounting while for academics there is no significant differences. Finally,
there is not any significant difference on the ethical perception between
female and male.
Keywords:
ethical perception, earnings management, accounting manipulation, operational
decision manipulation, gender.
PENDAHULUAN
Manajemen
laba merupakan bentuk intervensi manajemen dalam penyusunan laporan keuangan.
Intervensi yang dilakukan melalui manipulasi terhadap angka-angka akuntansi
yang dilaporkan memunculkan berbagai skandal akuntansi, seperti pada kasus
transaksi off-balance sheet Enron Energy tahun 2000, kasus peningkatan
pendapatan Xerox tahun 1997-2000 dan sebagainya. Di Indonesia, hal ini pun
pernah menjadi isu, seperti antara lain pada kasus mark up laba Kimia Farma
tahun 2001 dan kasus pembukuan ganda Lippo Bank tahun 2002.
Pada
kenyataannya terdapat pandangan yang berbeda-beda terhadap praktik manajemen
laba dan hal ini menimbulkan dilema etis. Pada satu sisi, manajemen laba
dipandang sebagai suatu tindakan yang seharusnya tidak boleh dilakukan karena
dengan adanya manajemen laba infomasi yang diberikan tidak sepenuhnya
mencerminkan keadaan perusahaan dan mengaburkan nilai perusahaan sesungguhnya.
Tindakan tersebut dapat menyebabkan stakeholders keliru dalam mengambil
keputusan. Pada sisi yang lain, manajemen laba dianggap sebagai sesuatu yang
wajar dan merupakan tindakan rasional untuk memanfaatkan fleksibilitas dalam
ketentuan untuk pelaporan keuangan.
Persepsi
yang berbeda terhadap persoalan-persoalan etis dapat terjadi karena perbedaan
profesi (Diantaranya Rahmawati dan Sulardi 2003, Elias 2002; Cole dan Smith
1996; Fischer dan Rosenzweig 1995), jenis kelamin (Diantaranya Rueger dan King
1992; Sikula dan Costa 1994; Tsalikis dan Ortiz-Buonafina 1990; Betz,
O’Connell; Shepard 1989), karakteristik personal (Misalya Arlow 1991),
keyakinan (Misalnya Pomeranz 2004), budaya (Misalnya Spain dkk. 2002) dan
sebagainya.
Penelitian
ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi etis para pelaku
akuntansi terhadap persoalan-persoalan etis khususnya yang terkait dengan
praktik manajemen laba. Pelaku akuntansi adalah pihak yang terlibat dalam
penyusunan laporan keuangan. Memahami persepsi pelaku akuntansi terhadap
manajemen laba diharapkan dapat memberi gambaran mengenai perilaku mereka dalam
penyusunan laporan keuangan. Lebih lanjut, pelaku akuntansi dipilah menjadi
akademisi dan praktisi akuntansi untuk melihat kesenjangan yang ada antara
dunia akademis sebagai penghasil calon akuntan dan dunia praktis. Penelitian
ini juga memilah persepsi etis pelaku akuntansi berdasar jender untuk melihat
kemungkinan perbedaan persepsi antara perempuan dan laki-laki.
Dengan
demikian, pertanyaan penelitian yang hendak dijawab dalam penelitian ini
adalah: apakah terdapat perbedaan persepsi etis terhadap manajemen laba (1)
antara akademisi dan praktisi akuntansi dan (2) antara laki-laki dan perempuan.
Persepsi para pelaku akuntansi tersebut ditinjau dari praktik manajemen laba yang
dilakukan melalui manipulasi keputusan operasi dan manipulasi akuntansi.
Penelitian
ini bermanfaat untuk mengetahui ada tidaknya kesenjangan pemahaman etika
terhadap praktik manajemen laba antara akademisi dan praktisi akuntansi dan
antara perempuan dan laki-laki. Temuan yang diperoleh diharapkan dapat
dijadikan acuan bagi pengembangan pengajaran etika maupun akuntansi.
METODE
PENELITIAN
Sampel
dalam penelitian ini terdiri dari praktisi akuntansi, dosen dan mahasiswa
akuntansi. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode covenience sampling
dimana pemilihan sampel didasarkan pada kemudahan sehingga dapat dipilih sampel
yang paling cepat dan mudah. Praktisi akuntansi terdiri dari para akuntan
publik maupun manajer akuntansi yang diambil dari tiga kantor akuntan publik
dan lima perusahaan di Jakarta dan Semarang. Sampel akademisi terdiri dari
dosen dan mahasiwa akuntansi semester tujuh atau lebih. Mahasiswa semester
akhir dipilih sebagai responden karena pada umumnya mahasiswa tersebut telah
menempuh sebagian besar beban studinya sehingga diharapkan mampu memahami
situasi yang digambarkan dalam kuisioner serta memberikan pendapatnya.
Responden dosen dan mahasiswa akuntansi diambil dari dua perguruan tinggi di
Jawa Tengah.
Untuk
mengetahui ada atau tidaknya perbedaan persepsi antara praktisi dan akademisi
serta perbedaan persepsi atas manipulasi melalui keputusan operasi dan
manipulasi akuntansi digunakan alat uji Mann-Whitney.
Sebelum
uji Mann-Whitney, lebih dahulu dilakukan uji reliabilitas dan validitas. Pada
studi ini reliabilitas instrumen ditunjukkan oleh Cronbach's alpha yang
bernilai 0,77 (lebih besar dari 0,60) dan validitas diukur dengan teknik
corrected item to total correlation. Skor komponen pertanyaan yang korelasinya
dengan skor total bernilai kurang dari 0,60 tidak disertakan dalam pengujian
selanjutnya.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Tabel
1 menunjukkan skor rerata yang mencerminkan persepsi etis akademisi terhadap
manajemen laba, manipulasi keputusan operasi, dan manipulasi akuntansi. Hasil
uji MannWhitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
rerata skor persepsi etis akademisi dan praktisi, baik terhadap manajemen laba
yang dilakukan melalui keputusan operasional maupun yang dilakukan melalui
manipulasi akuntansi. Hal ini menunjukkan kecenderungan akademisi memandang
manajemen laba lebih etis dibanding praktisi. Sebaliknya, akademisi cenderung
menganggap manipulasi akuntansi lebih etis dibanding manipulasi keputusan
operasi. Sebaliknya, praktisi cenderung menilai manipulasi keputusan operasi
lebih etis dibanding manipulasi akuntansi. Hal ini searah dengan penelitian
Cole dan Smith (1996) yang menemukan kesenjangan persepsi etis antara pelajar
dengan pelaku bisnis.
Tabel
1. Skor Persepsi Etis Akademisi dan Praktisi Akuntansi terhadap Manajemen Laba
Tipe
manipulasi Rerata skor akademisi
Rerata skor praktisi p-value H0
Manajemen laba 2,5174 2,6532 0,000 ditolak
Manipulasi keputusan operasi 2,5531 2,2808 0,046 ditolak
Manipulasi akuntansi 2,4817 3,0256 0,000 ditolak
*Nilai persepsi etis diukur pada skala 1-5. Semakin tinggi skor menunjuk pada penilaian yang semakin tidak etis atas kondisi yang diberikan.
Manipulasi keputusan operasi 2,5531 2,2808 0,046 ditolak
Manipulasi akuntansi 2,4817 3,0256 0,000 ditolak
*Nilai persepsi etis diukur pada skala 1-5. Semakin tinggi skor menunjuk pada penilaian yang semakin tidak etis atas kondisi yang diberikan.
SIMPULAN DAN
SARAN
Penelitian
ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi etis para pelaku
akuntansi (praktisi dan akademisi) terhadap praktik manajemen laba. Secara
keseluruhan, akademisi memandang manajemen laba lebih etis dibanding praktisi.
Hal ini perlu mendapat perhatian yang serius mengingat lingkungan akademik yang
pada umumnya dianggap mempunyai nilai idealisme yang relatif lebih tinggi ternyata
menunjukkan indikasi yang sebaliknya. Tinjauan yang lebih dalam untuk akademisi
mengindikasikan subyek mahasiswa cenderung lebih bisa menerima manipulasi
akuntansi dibanding dosen. Dengan demikian pemahaman etika bisnis dan profesi
untuk mahasiswa perlu ditingkatkan melalui pengembangan kurikulum dengan
memberi muatan etika pada mata kuliah-mata kuliah selain mata kuliah etika
maupun forum-forum diskusi, seminar, maupun peningkatan efektivitas pengajaran.
Dalam
studi ini, ditemukan adanya perbedaan nyata antara rerata skor persepsi etis
praktisi terhadap manajemen laba yang dilakukan melalui keputusan operasi dan
yang dilakukan melalui manipulasi akuntansi. Artinya, praktisi akuntansi lebih
bisa menerima manajemen laba melalui manipulasi keputusan operasi dari pada
melalui manipulasi akuntansi. Penerimaan praktisi akuntansi terhadap manipulasi
keputusan operasi diduga merupakan pemahaman bahwa keputusan-keputusan
operasional merupakan bagian dari fungsi/tugas manajer untuk memaksimalkan
kesejahteraan pemegang saham.
Dari
sisi jender, tidak ditemukan perbedaan yang nyata antara persepsi etis pelaku
akuntansi perempuan dan laki-laki. Hasil yang sama juga ditemukan pada
pembedaan jender pada kelompok mahasiswa dan kelompok yang sudah bekerja.
Persamaan persepsi etis antara mahasiswa dan mahasiswi diduga disebabkan karena
pendidikan etika dapat dipahami secara sama oleh seluruh mahasiswa sedangkan
persamaan persepsi etis antara akuntan perempuan dan laki-laki yang sudah
bekerja menunjukkan adanya adaptasi nilai-nilai dan keyakinan individu dengan
lingkungan kerjanya.
Secara
keseluruhan, rendahnya persepsi etis dikalangan akademisi khususnya mahasiswa
dan adanya persamaan etis antara perempuan dan laki-laki pada seluruh kelompok
subyek penelitian dapat dimungkinkan karena, di Indonesia, praktik-praktik
manipulatif atau rekayasa dipandang sebagai sesuatu yang lumrah sehingga bagi
masyarakat batasan-batasan antara etis dan tidak etis menjadi kabur.
DAFTAR
PUSTAKA
Arlow,
P. 1991, ‘Personal Characteristics in College Student: Evaluation of Business
Ethics and Corporate Social responsibility, Journal of Business Ethics, Vol.
10, pp. 63-69
Betz,
M., O’Connell, L. dan Shepard, J.M. 1989, ‘Gender Differences in Proclivity for
Unethical Behavior’, Journal of Business Ethics, Vol. 8, pp. 321-324
Borkowski,
S.C. dan Ugras, Y.J. 1998, ‘Business Students and Ethics: A Meta-Analysis’,
Journal of Business Ethics, Vol. 17, pp. 1117-1127
Bruns,
W. dan Merchant, K. 1990, ‘The Dangerous Morality of Earnings Management’,
Management Accounting, Vol. 72, No. 2, pp. 22-25
Cole,
B.C. dan Smith, D.L. 1996, ‘Perceptions of Business Ethics: Students vs.
Business People’, Journal of Business Ethics, Vol. 15, No. 8, pp. 889-896
Elias,
R.Z. 2002, ‘Determinants of Earnings Management Ethics among Accountants’,
Journal of Business Ethics, Vol. 40, No. 1, pp. 33-45
_________
2004, ‘The Impact of Corporate Ethical Values on Perceptions of Earnings
Management’, Managerial Accounting Journal, Vol. 19, No. 1, pp. 84-98
Eynon,
G., Hill, N.T. dan Stevens, K.T. 1997, ‘Factors That Influence the Moral
Reasoning Abilities of Accountants: Implications for Universties and
Profession’, Journal of Business Ethics, Vol. 16, No. 12/13 , pp. 1297-1309
Fischer,
M. dan Rosenzweig, K. 1995, ‘Attitudes of Students and Accounting Practitioners
Concerning the Ethical Acceptability of Earnings Management’, Journal of
Business Ethics Vol. 14, No. 6, pp 433-444
Ford,
R.C. dan Richardson, W.D. 1994, ‘Ethical Decision Making: A Review of the
Empirical Literature’, Journal of Business Ethics, Vol. 113, No. 3, pp. 205-221
Levitt,
A. 1998, ‘The Numbers Game’, The CPA Journal, Vol. 68, December, pp. 14-19
No comments:
Post a Comment